MENGUNGKAP KEBENARAN CERITA TENTANG BAMBU PETUK (TEMU RUAS)
Dialog 3 Dewan Guru Tirta Maya.
Tanya Dimas :
“Menurutmu gimana Ki Alap-Alap tentang bambu petuk temu ruas itu? kok katanya temu ruas, tapi tiruan-tiruan yang ada kok temu tunas.”.
Jawab Ki Alap-Alap :
“Itu kan memang pembodohan sejak dari zaman dulu, yang pada intinya belum pernah ada yang melihat barangnya, namanya aja cerita makin lama kan makin bertambah banyak. bukan begitu Ki Jalu?.
Jawab Ki Jalu
“Udah udah… bubar…! Ngomongin apa? Gak penting banget, menurut saya dulu ada anak kecil didongengin kakeknya yang kemudian dia juga mendongeng pada teman sepermainan, eh temennya itu cerita lagi ketemen yang lain, ya tiap cerita karena dianggap kurang berkesan maka cerita ditambah-tambah sampai berkembang seperti saat ini. kalau memang bambu petuk itu ada tuahnya kenapa justru yang punya malah orang-orang susah? bukanya dalam cerita bambu petuk bisa buat kekayaan…? dan kenapa lagi dialam ini bila ada benda, baik itu kayu maupun hewan yang cacat kok selalu dianggap bertuah, sedangkan manusia yang cacat disia-siakan? apakah kita mau tertipu hal semacam ini mas Dimas?
Jawab Dimas
“masuk akal juga ya Ki Jalu. Mungkinkah ada bambu petuk yang asli Ki? “jawab Ki Jalu” ya ada…! yang asli ya temu ruas seperti difoto itu, akan tetapi ya sama aja, gak ada khodam atau kekuatanya itu kan hanya bambu cacat. ya kan Ki Alap-alap?”
Jawab Ki Alap-alap
“Ya Ki, kadang orang-orang disekitar lingkungan kita itu banyak yang kehilangan logika sampai membodohkan diri sendiri. Jadi saya setuju dengan penilaianya Ki Jalu tentang bambu petuk. lha Mas Dimas gimana?
Dimas menjawab
Setuju banget mantap, berarti kita bertiga yakin kalau cerita bambu petuk itu hanya bualan saja.”
Ki Jalu dan Ki Alap-alap
“Setuju…!!”
Mendengar percakapan ketiga dewan guru, Gubes pun tersenyum seraya berkata
“Bagus percakapan kalian bertiga bikin saya senang, masuk akal dan sangat bisa dilogika. gak sia-sia selama ini kalian belajar benda bertuah dan hikmah. Mari sekarang kita belajar yang lain lagi..!”